Perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama ini berasal dari kepala desa Sala pada waktu itu, yaitu Kyai Sala (Kyai Gêdhe Sala).
Nama ini ternyata terus dipakai secara luas sampai sekarang, bahkan
memiliki konotasi kultural. Nama "Surakarta", yang sekarang dipakai
sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan,
sebagai kelanjutan monarki Kartasura
Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah
Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi
formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya.
Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta.
Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini ditulis Soerakarta. Dalam aksara Jawa modern, ditulis
Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat
pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk
antara "Salakarta".
Sejarah
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan
kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sunan
Pakubuwana II membeli tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda). Secara resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian sebagai akibat dari Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) terjadi perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan Yogyakarta.
Masa kemerdekaan
Daerah Istimewa Surakarta
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo
berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta.
Karesidenan Surakarta
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta
kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada
tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan
kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan
Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat
dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa.
Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern.
Kota Surakarta
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah.
Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak
otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
Geografi dan administrasi
Hidrogeologi
Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, dengan luas 44,1 km2 (0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Merapi (tinggi 3115m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806m) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes. Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi, yang keseluruhannya berjumlah 19 lokasi, dengan kapasitas 3.404 l/detik.
Ketinggian rata-rata mata air adalah 800-1.200 m dpl. Pada tahun 1890 –
1827 hanya ada 12 sumur di Surakarta. Saat ini pengambilan air bawah
tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang berlokasi di 23 titik.
Pengambilan air tanah dilakukan oleh industri dan masyarakat, umumnya
ilegal dan tidak terkontrol.
Sampai dengan Maret 2006, PDAM Surakarta memiliki kapasitas produksi sebesar 865,02 liter/detik. Air baku berasal dari sumber mata air Cokrotulung, Klaten (387 liter/detik) yang terletak 27 km dari kota Solo dengan elevasi 210,5 di atas permukaan laut dan yang berasal dari 26 buah sumur dalam, antara lain di Banjarsari, dengan total kapasitas 478,02 liter/detik. Selain itu total kapasitas resevoir adalah sebesar 9.140 m3.Dengan
kapasitas yang ada, PDAM Surakarta mampu melayani 55,22% masyarakat
Surakarta termasuk kawasan hinterland dengan pemakaian rata-rata 22,42 m3/bulan.
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang
tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini,
ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan
dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran,
dan industri, seperti tembakau dan tebu.
Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan
pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan
lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.
Iklim dan topografi
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis.
Sama seperti kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai
bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga
September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah 2.200 mm, dan bulan
paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari.
Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30
derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius,
sedangkan terenda adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara
adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot
dengan arah angin 240 derajat.
[sembunyikan]Data iklim Surakarta | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 29 (84) |
29 (84) |
29 (85) |
31 (87) |
30 (86) |
30 (86) |
29 (85) |
30 (86) |
31 (87) |
31 (88) |
30 (86) |
29 (85) |
30 (86) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
21 (70) |
21 (69) |
21 (69) |
22 (71) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (71) |
Presipitasi mm (inci) | 350 (13.78) |
330 (12.99) |
210 (8.27) |
210 (8.27) |
120 (4.72) |
80 (3.15) |
40 (1.57) |
20 (0.79) |
30 (1.18) |
90 (3.54) |
220 (8.66) |
340 (13.39) |
2.180 (85,83) |
Sumber: http://www.weatherbase.com/weather/weather.php3?s=54869&refer==&units=metric |
Batas-batas administrasi
Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.Di masing-masing batas kota terdapat gapura keraton yang didirikan sekitar tahun 1931 – 1932 pada masa pemerintahan Pakubuwono X di Kasunanan Surakarta.
Gapura Kraton didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu gerbang masuk
ibu kota Kerajaan Kasunanan (Kota Solo) dengan wilayah sekitar. Gapura
Kraton tidak hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan
di pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan
tempat penyeberangan (di Mojo / Silir).
Ukuran Gapura Kraton terdiri dari dua ukuran yaitu berukuran besar
dan kecil. Gapura Kraton ukuran besar didirikan di jalan besar. Gapura
Kraton ukuran besar bisa dilihat di Grogol (selatan), Jajar (barat), dan
Jurug (timur). Sedangkan Gapura Kraton ukuran kecil bisa dilihat di
daerah RS Kandang Sapi
(utara), jalan arah Baki di Solo Baru (selatan), Makamhaji (barat), dan
di Mojo / Silir. Gapura Kraton besar juga memiliki prasasti pendiri dan
waktu pendirian gapura.
Pembagian administratif
Kota Surakarta dan kabupaten-kabupaten di sekelilingnya, Karanganyar, Sukowati, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta. Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah:
- Kecamatan Pasar Kliwon (57110): 9 kelurahan
- Kecamatan Jebres (57120): 11 kelurahan
- Kecamatan Banjarsari (57130): 13 kelurahan
- Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140): 11 kelurahan
- Kecamatan Serengan (57150): 7 kelurahan
Kota satelit
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak)
adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo
Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km
persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing
luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan
langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat.
Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang dimekarkan dari kota Solo.Solo baru selain sebagai salah satu kota satelit dari Kota Surakarta
juga merupakan kawasan pemukiman bagi para pekerja atau pelaku kegiatan
ekonomi di kawasan Kota Surakarta. Di Solo Baru banyak terdapat
perumahan sedang dan mewah, maka dari itu Solo Baru juga merupakan
kawasan pemukiman elit. Di Solo Baru juga terdapat pasar swalayan Carrefour. Pandawa waterboom yang merupakan waterboom terbesar di Jawa Tengah dan Yogyakarta terdapat di kawasan ini. Meskipun termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo
tetapi secara ekonomi dan politis Solo Baru lebih dekat ke Kota
Surakarta, karena letak wilayah kotanya yang langsung berbatasan dengan
Kota Surakarta, bahkan pernah ada wacana tentang penggabungan wilayah
wilayah kota satelit di sekitar Surakarta termasuk Solo Baru untuk
dimasukkan ke dalam wilayahnya. Luas wilayah Kota Surakarta beserta
wilayah-wilayah kota penyangganya saat ini sekitar 150 km² dengan jumlah
penduduknya sekitar 1 juta jiwa.
Pemerintahan
DPRD kota Surakarta 2009-2014 |
||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Partai | Kursi | |||||||||||
PDI-P | 15 | |||||||||||
Partai Demokrat | 7 | |||||||||||
Partai Golkar | 4 | |||||||||||
PKS | 4 | |||||||||||
PAN | 4 | |||||||||||
Partai Hanura | 2 | |||||||||||
PDS | 2 | |||||||||||
Partai Gerindra | 2 | |||||||||||
Total | 40 | |||||||||||
Sumber:anggota DPRD surakarta |
Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah.
Sebelum bergabung dengan Indonesia, Surakarta diperintah oleh sultan.
Semasa dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau kerajaan. Penguasa keraton Surakarta saat ini bergelar Pakubuwono XIII,
yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan
Pangeran Hangabehi. Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton
Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di Surakarta.
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946
terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan
Kasunanan dan Mangkunegaran.
Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan
Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli.
Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal
16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.
Wali kota
Wali kota Surakarta saat ini adalah F.X. Hadi Rudyatmo menggantikan Ir. Joko Widodo yang dilantik menjadi gubernur DKI Jakarta
tanggal 15 Oktober 2012. Pasangan wali kota dan wakil wali kota, yang
sering disebut sebagai Jokowi-Rudy, pertama kali terpilih sebagai wali kota Solo untuk masa bakti 2005-2010. Kemudian pasangan dari PDI-P ini terpilih lagi untuk masa bakti kedua dengan perolehan suara lebih dari 90% untuk masa jabatan 2010-2015.
Di bawah kepemimpinan Jokowi dan Rudy, Solo mengalami perubahan yang
pesat. Para pedagang barang bekas di Taman Banjarsari dapat direlokasi
hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka.
Investor diberi syarat untuk mau memikirkan kepentingan publik.
Komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal)
diadakan secara rutin dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang
terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.
Sebagai tindak lanjut branding, Jokowi mengajukan Surakarta untuk
menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada
tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi
tuan rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini.
Sejak 1 Oktober 2012 Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo mengundurkan diri dari jabatan walikota setelah terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012 - 2017.
Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008".
Pada tanggal 17 April 2013, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo resmi melantik Dr. H. Achmad Purnomo sebagai wakil wali kota Surakarta menggantikan F.X. Hadi Rudyatmo yang menjadi wali kota Surakarta.
Julukan dan semboyan
Surakarta memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java
(Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat
kebudayaan Jawa. Selain itu Kota Solo juga memiliki beberapa julukan,
antara lain Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk Solo disebut
sebagai wong Solo, dan istilah putri Solo juga banyak digunakan untuk menyebut wanita yang memiliki karakteristik mirip wanita dari Solo.
Kependudukan
Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta)
pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694
orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km² tersebut
memiliki kepadatan 186 penduduk/km². Ibukota karesidenan tersebut
sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk.
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa,
terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di
lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2.
Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita
terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar
66%. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun.Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.
No. | Peta | Nama kecamatan | Kode Pos | Luas | % luas | Penduduk | % penduduk | Kepadatan | Laju pertumbuhan |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Banjarsari | 57130 | 14,81 | 33,63% | 157.438 | 31,45% | 10.630/km2 | 0,25 | |
2 | Jebres | 57120 | 12,58 | 28,57% | 138.624 | 27,69% | 11.019/km2 | 0,88 | |
3 | Laweyan | 57140 | 8,64 | 19,62% | 86.315 | 17,24% | 10.002/km2 | -0,21 | |
4 | Pasar Kliwon | 57110 | 4,82 | 10,95% | 74.145 | 14,80% | 15.383/km2 | -0,07 | |
5 | Serengan | 57150 | 3,19 | 7,24% | 44.120 | 8,81% | 13.830/km2 | -0,59 |
- Berdasarkan sensus 2010
Kecamatan terpadat di Solo adalah Pasar Kliwon, yang luasnya hanya
sepersepuluh luas keseluruhan Solo, sedangkan Laweyan merupakan
kecamatan dengan kepadatan terendah. Laju pertumbuhan penduduk Solo
selama 2000-2010 adalah 0,25%, jauh di bawah laju pertumbuhan penduduk
Jawa Tengah sebesar 0,46%.
Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Solo Raya:
Surakarta, Kartasura, Colomadu, Ngemplak, Baki, Grogol, Palur), maka
luasnya adalah 130 km². Penduduknya lebih dari 800.000 jiwa.
Pendidikan
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain. Di Solo terdapat dua universitas besar, yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS),keduanya memiliki lebih dari 20.000 mahasiswa aktif dan termasuk
katagori 50 universitas terbaik di Indonesia. Demikian pula terdapat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta,Institut Seni Indonesia
(ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya
seperti Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi,
STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, dll. Solo juga kini
menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh Indonesia
Perekonomian dan perdagangan
Industri batik menjadi salah satu industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer
serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat
perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo berada di bawah
naungan Dinas Industri dan Perdagangan
Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe
(Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional
yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah.
Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata,
yaitu Pasar Triwindu (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar
Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton
Solo.
Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet Riyadi.
Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga
tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini.
Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup untuk
kendaraan bermotor (Solo Car Free Day) sebagai bagian dari tekad pemda
untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Solo antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Megaland Solo, Luwes.
Solo memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Solo.
Keberagaman
Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan
keberagaman kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Solo, mulai dari
masjid terbesar dan paling sakral yang terletak di bagian barat kota
Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun sekitar tahun 1727 atas prakarsa dari Paku Buwono X, Masjid Mangkunegaran, masjid tertua di Solo, Masjid Laweyan Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi Pura
Selain dihuni oleh suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab
yang tinggal di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berapa jumlah
masing-masing kepercayaan maupun etnis penduduk dalam sensus terakhir
(2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah warga Solo pada
umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan
Pasar Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon
Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur sejak
jaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta
dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di
Pasar Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan
di Pasar Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa
kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah kolonial. Warto
dalam penelitiannya menyebutkan pada tahun 1984, jumlah keturunan Arab
adalah 1.877 jiwa, sementara jumlah warga Tionghoa adalah 103 jiwa.
Berdasarkan data monografi kelurahan Pasar Kliwon tahun 2005,
menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775 jiwa, sedangkan
keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat
adanya penurunan jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini
disebabkan karena lahan di kelurahan Pasar Kliwon semakin sempit
sehingga terjadi perpindahan di daerah lain.
Sementara itu perkampungan Tionghoa banyak terfokus di wilayah
Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien
Kok Sie
Layanan publik
Beberapa rumah sakit bersejarah antara lain RS Kadipolo dan Rumah Sakit Panti Kosala (Kandang Sapi). Sementara rumah sakit lain dengan fasilitas UGD
24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS PKU Muhammadiyah, RS Islam
Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS Brayat
Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru.
RS Ortopedi Dr. Soeharso adalah salah satu pusat ortopedi terkemuka di
Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan tulang nasional.[rujukan?]
Solo juga memiliki beberapa taman, antara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, Taman Sriwedari, yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik dangdut dan wayang orang, tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata.
Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita wayang orang
gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta
dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang,
ataupun Surabaya. Tempat hiburan umum lainnya adalah Kebun Binatang Jurug (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.
Tempat pemakaman umum di Surakarta antara lain adalah TPU Purwoloyo,
TPU Utoroloyo, TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang Sawit, dan pemakaman
Tionghoa yang terletak di kecamatan Jebres, TPU Bonoloyo, Astana Utara
Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan Banjarsari, TPU
Pracimoloyo maupun TPU Daksinoloyo di perbatasan Kabupaten Sukoharjo.
Karena jumlah lahannya yang terbatas, saat ini banyak anggota
masyarakat yang memilih untuk menguburkan orang yang sudah meninggal di
pemakaman-pemakaman yang terletak di luar batas kota Solo, misalnya
pemakaman Kristen di Jeruksawit, Karanganyar kompleks pemakaman Delingan di Karanganyar,
dll. Khusus bagi raja-raja keraton Surakarta, bagi raja yang meninggal
akan dimakamkan di pemakaman hereditas di Makam Imogiri di puncak sebuah
bukit 12 km di sebelah selatan Yogjakarta
Kode area untuk kota Solo adalah 271. Telepon umum koin/kartu jarang dijumpai, sebagai gantinya, beberapa wartel tersebar di berbagai sudut kota. Selain itu mereka juga biasanya menjual pulsa prabayar. Warnet
juga banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa tempat
sudah mulai menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.
Bencana
Sejak sekitar pertengahan 2000-an, hampir setiap tahunnya Solo
mengalami banjir. Puncaknya adalah saat banjir besar Desember 2007.
Bencana itu membuat pemerintah kota Solo mulai melakukan perbaikan
sistem pembuangan air. Perbaikan yang dilakukan selama dua tahun
akhirnya rampung tahun 2009 dan menciptakan solusi bagi bencana banjir.
Selain itu secara lokasi Solo juga dekat dengan Gunung Merapi, sehingga pada Letusan Merapi 2010 yang lalu juga turut merasakan efeknya.
Olahraga
Kota Solo memiliki sejarah olahraga yang cukup lama. Tahun 1923 di
Solo telah terbentuk klub sepak bola, salah satu klub yang pertama di
Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda, yang bernama Persis Solo. Persis Solo adalah raksasa sepak bola di Hindia Belanda yang masih eksis hingga saat ini, Persis pernah menjuarai kompetisi Perserikatan sebanyak 7 kali dan saat ini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Selain Persis Solo, tercatat beberapa klub sepak bola lain pernah hadir di Solo, antara lain Arseto Solo, Pelita Solo, Persijatim Solo FC, dan terakhir adalah kontestan Liga Primer Indonesia, Solo FC
yang baru terbentuk pada tahun 2010. Kedua tim sepak bola yang masih
eksis saat ini, yaitu Persis Solo dan Solo FC, bermarkas di Stadion Manahan, sebuah stadion tipe Stadion Madya Olimpiade kategori B+ dan salah satu stadion terbaik di Jawa Tengah
yang pernah beberapa kali menjadi tempat penyelenggaraan even olahraga
tingkat nasional dan internasional. Di stadion yang memiliki kapasitas
25.000 penonton ini antara lain pernah menjadi tempat pertandingan Liga Champions AFC 2007 karena Persik tidak punya stadion kandang memadai, final Piala Indonesia 2010, pembukaan Liga Primer Indonesia musim pertama pada 15 Januari 2011, dan menjadi penyelenggara ASEAN PARAGAMES tahun 2012. Jika awalnya Manahan merupakan tanah lapang tempat olah raga memanah, stadion ini beberapa kali berubah fungsinya, mulai dari tempat balapan kuda (dengan kandang-kandang kuda di kampung Kestalan dan Setabelan,
serta di kompleks keraton), hingga saat ini difungsikan sebagai
lapangan sepak bola dan ketika malam hari dan hari Minggu berubah
menjadi kawasan sosial bagi warga kota Solo. Kebudayaan serta olahraga
memanah dan pacuan kuda sendiri saat ini sudah sangat jarang ditemukan
di kota Solo.
Pada tahun 1948, Solo juga dipercaya untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional yang pertama, yang tanggal pembukaannya masih diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. Pada kejuaraan itu, Solo yang berlaga mewakili Karesidenan Surakarta berhasil merebut gelar juara umum.
Sedangkan hingga tahun 2009, Solo juga memiliki satu-satunya klub
basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo. Beberapa
gelanggang olah raga di kota Solo antara lain Stadion Manahan dan Stadion Sriwedari untuk olahraga sepak bola dan GOR Bhinneka, yang kini berganti nama menjadi Stadion Sritex.
Pada tanggal 9 Juli 2011 di Solo diadakan Kongres Luar Biasa PSSI yang bertujuan memilih ketua dan pengurus PSSI yang baru untuk menggantikan Nurdin Halid dan pengurus yang lama. Dalam kongres ini Djohar Arifin Husein dan Farid Rahman akhirnya menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua PSSI periode 2011-2015.
Transportasi
Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan
jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai
kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa
juga terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol – Jalan Tol Semarang-Solo
– yang menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses pembangunan. Solo
juga merupakan kota yang terkurung daratan, sehingga tidak memiliki moda
transportasi air.
Angkutan darat
Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari
bandara, turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan
membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain
Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300),
Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat
ditemu di bandara.
Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.
Bus
Terminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung).
Selain Tirtonadi, terdapat pula dua terminal untuk angkutan lokal:
Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu merupakan terminal bus
antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain itu, dua
terminal penunjang terdapat pula di sekitar kota namun berada di luar
pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal Kartasura di barat, yang
terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur kota.
Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans dengan satu rute.
Kereta api
Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya
(timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu
hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun
ini cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain. Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota (Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan Boyolali
(barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu tempuh 10 jam,
sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam.
Kereta api ekspres yang melalui Solo antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.
Selain itu transportasi Solo juga memiliki keunikan tersendiri karena
merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api
yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol
Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Kereta api Feeder Wonogiri
yang saat ini dialihfungsikan sebagai kereta api wisata Sepur Kluthuk
Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan
Kampung Batik Kauman.
Pesawat terbang
Bandar udara internasional Adisumarmo
(kode SOC, dulu bernama "Panasan", terletak 14 kilometer di sebelah
utara kota Solo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar
batas kota Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara ini terhubung ke Jakarta (8 penerbangan sehari), Kuala Lumpur, dan Singapura, serta Arab Saudi
(pada musim haji). Waktu tempuh perjalanan udara dengan Jakarta
berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator penerbangan yang
melayani rute dari/ke kota Solo antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, Batavia Air,Air Asia, Silk Air, dll. Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji dari Asrama Haji Donohudan Boyolali Indonesia.
Pariwisata
Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi
oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke
Yogyakarta dan candi Borobudur/Prambanan juga akan singgah di Solo, atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, dan pasar-pasar tradisionalnya.
Di Solo terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, antara lain di koridor Ngarsopuro,
di sepanjang jalan Slamet Riyadi sepanjang 6-7 km dan selebar 3 m, dan
di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk
sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
Wisata alam
Wisata-wisata alam di sekitar Solo antara lain Tawangmangu (berada di
timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan wisata Selo (berada di barat
kota Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh Kemuning, Air Terjun
Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung, Grojogan Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet, dll. Selain itu tidak jauh dari Solo juga dapat ditemui Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Kalasan, dan di Yogyakarta terdapat Candi Sambisari, Candi Kalasan, dan Candi Sari.
Festival dan perayaan
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta
mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut
pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa. Perayaan-perayaan
tersebut antara lain:
Kirab Pusaka 1 Suro
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro
Mangkunegaran pada malam hari menjelang tanggal 1 Suro. Acara ini
ditujukan untuk merayakan tahun baru Jawa 1 Suro. Rute yang ditempuh
kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton - Alun-alun Utara - Gladak - Jl.
Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl. Veteran - Jl. Yos Sudarso -
Jl. Slamet Riyadi - Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka-
pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem
yang berbusana Jawi Jangkep. Kirap yang berada di depan adalah
sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan barisan para pembawa
pusaka berada di belakangnya.
Sekaten
Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud.
Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. selama dua minggu ini
pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat menyajikan pasar
malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan
akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg di
Alun-alun Utara. Upacara Sekaten diadakan pertama kali pada masa
pemerintahan Kerajaan Demak.
Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro
diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya
Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di
daerah Pasar Gedhe dan Balong (di kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota
Solo.
Grebeg Mulud
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi
Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten. Dalam
upacara ini para abdi dalem dengan berbusana "Jawi Jangkep Sowan
Keraton" mengarak Gunungan ( Pareden ) dari Keraton Surakarta ke Masjid
Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan
penganan tradisional. Setelah didoakan oleh Ngulamadalem (Ulama
Keraton), satu buah Gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat
pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke Keraton untuk dibagikan
kepada para abdi dalem.
Tinggalan Dalem Jumenengan
Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun
penobatan raja. Dalam acara ini sang raja duduk diatas dampar di Pendopo
Agung Sasanasewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem keraton sambil
menyaksikan tari sakral " Tari Bedoyo Ketawang " yang ditarikan oleh 9
remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para
wayahdalem, santanadalem atau kerabat dalem lainnya atau dapat juga
penari umum yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
Grebeg Pasa
Grebek ini diadakan untuk merayakan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal.
Acara ini berlangsung setelah melakukan salat Ied. Prosesi acaranya sama
dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak Gunungan dari
Keraton ke Mesjid Agung untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian
dibagikan kepada masyarakat pengunjung.
Syawalan
Syawalan mulai diadakan satu hari setelah hari Raya Idul Fitri dan
berlangsung di Taman Satwa Taru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak
acara yaitu "Larung Getek Jaka Tingkir" diadakan pembagian ketupat pada
masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam
pertunjukan kesenian tradisional.
Grebeg Besar
Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 Besar). Upacara sama dengan prosesi Gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.
Solo Batik Carnival
Karnaval Batik Solo
atau Solo Batik Carnival adalah sebuah even tahunan yang diadakan oleh
pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama
pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval
dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan
kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan
Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak
tahun 2008.
Solo Batik Fashion
Demikian pula Solo Batik Fashion
adalah sebuah peragaan busana batik tahunan yang diselenggarakan oleh
pemerintah di tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap
warga Solo. Peragaan batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli
sejak tahun 2009.
Wisata kuliner
Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo (racikan soun, jamur kuping, wortel, kacang kapri, kembang gayam / sosis jawa dan terakhir disiram kuah timlo), nasi gudeg (lebih manis daripada gudeg Yogyakarta), nasi gudeg cakar (gudeg dengan cakar ayam), pecel ndesa (bayam, kacang panjang, tauge dan kenikir yang direbus dan ditambah sambel pecel yang terbuat dari wijen dan disantap dengan nasi merah), cabuk rambak (ketupat yang diiris tipis-tipis dan diberi bumbu di atas setiap potongan ketupatnya kemudian ditambah karak sebagai pelengkap), bestik Solo (bestik namun dengan kuah serupa dengan kuah semur, dan mengandung mustard jawa yang diolah sendiri), selat Solo, bakso Solo, srabi Solo, intip, tengkleng, bakpia Balong, roti mandarin toko kue Orion, sate buntel (sate daging kambing yang dagingnya dicincang dan dibuat satu adonan besar lalu dimasak), sate kere (bahannya bukan berasal dari daging namun dari tempe gembus, yaitu ampas tahu yang direbus)
Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll.
Sementara itu, koridor Gladag setiap malam diubah menjadi pusat jajanan
terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladang Langen Bogan)
Arsitektur dan peninggalan sejarah
Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun 1675) dan Pura Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda,
dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Walikota
Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat
ini masih utuh kondisinya ini selain digunakan sebagi tempat kediaman
pejabat pemerintah Belanda, juga sering digunakan untuk dansa-dansi gaya
Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Solo yang
meliputi tempat bersejarah, rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat
ibadah, pintu gerbang, monumen, furnitur jalan, dan taman kota.
Lansekap kota Solo juga dikenal karena tidak memiliki bangunan
pencakar langit. Namun sejak 2010, di Solo terdapat sebuah apartemen
pencakar langit, yaitu Solo Paragon.
Museum dan perpustakaan
Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di jalan protokol Slamet Riyadi, Surakarta.
Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober 1980 oleh
Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X, memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari. Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (Museum Sasana Pustaka),
Museum Pura Mangkunegaran (Museum Rekso Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran, dan Museum Lukis Dullah.
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko
yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan
Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli
dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko
difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan,
pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi
kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan
apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya
sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat
dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.
Budaya
Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena
secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan
tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 mendorong
berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga,
busana, arsitektur, dan bermacam-macam ekspresi budaya lainnya. Orang
mengetahui adanya "persaingan" kultural antara Surakarta dan Yogyakarta,
sehingga melahirkan apa yang dikenal sebagai "gaya Surakarta" dan "gaya
Yogyakarta" di bidang busana, gerak tarian, seni tatah kulit (wayang),
pengolahan batik, gamelan, dan sebagainya.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama
yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang
digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai
standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname).
Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata
"inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa
varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di
Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih
mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan
lainnya.[rujukan?]
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Solo menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo
maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di
tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama
instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Solo juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara.[51]
Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar
artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan
tersebut, antara lain:
- mengganti Ejaan van Ophuysen,
- mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
- menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
Pernikahan adat
Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodaren.
Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang,
Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati).
Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti
Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun
untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota
Surakarta.
Batik
Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam
khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun
kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo
memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh.Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris,
Batik Danarhadi, dan Batik Semar. Sementara untuk kalangan menengah
dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546.
Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung
Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan
bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima,
rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan
transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya
kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk
mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba
sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan
(sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang
ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap,
mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik
bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya
pun beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik cap
Setiap tahunnya Solo juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Solo mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Surakarta dalam budaya populer
Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi dari lagu yang diciptakan oleh Gesang
pada tahun 1940-an. Lagu ini menjadi populer di negara-negara di Asia.
Selain itu, sungai ini pun telah menjadi judul tiga film, yaitu dua film
berjudul "Bengawan Solo" tahun 1949 dan 1971, serta satu film berjudul Di Tepi Bengawan Solo (1951). Film-film lain yang mengambil tema Solo antara lain adalah: Putri Solo (1953) dan Bermalam di Solo (1962).
Media
Ada beberapa surat kabar yang beroperasi di daerah Solo, antara lain Solo Pos, Radar Solo (grup Jawapos), dan Joglosemar (surat kabar Jogja, Solo, Semarang). Selain itu ada pula puluhan stasiun radio di Solo dan sebuah televisi lokal yang beroperasi di Solo, yaitu TA TV (Terang Abadi Televisi).
Tokoh-tokoh dari Surakarta
Tokoh-tokoh dari Solo meliputi Raja-raja Kasunanan dan Mangkunegaran, antara lain Mangkunegara I (Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa), Mangkunegara IV, yang pada masa pemerintahannya membawa Mangkunegaran menuju puncak kejayaan, serta Pakubuwana VI, yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, dan Pakubuwana X. Pahlawan dari Solo antara lain: Albertus Soegijopranoto, Uskup Agung Semarang, Dr. Muwardi, Kiai Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam, R. Maladi, Menteri Penerangan, Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Ketua PSSI, Jenderal GPH Djatikusumo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang pertama (1948-1949), Muljadi Djojomartono, Menteri Sosial dan tokoh Muhammadiyah, Achmad Baiquni, ahli atom indonesia, Dr. Suharso, ahli ortopedi, Dr. Supomo, Menteri Hukum dan HAM, dan salah satu arsitek UUD 1945, Ir. Sedyatmo, pencipta struktur cakar ayam, Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan insinyur gedung DPR/MRP, dan Slamet Riyadi.
Dari bidang politik terdapat antara lain mantan ketua MPR Amien Rais dan Wiranto, sedangkan dari bidang seni dan sastra ada sederet tokoh, antara lain Basuki Abdullah, Gesang, Luluk Purwanto, Radjiman Wedyodiningrat, Rangga Warsita, Rendra, Teguh Srimulat, Waljinah,Wahjoe Sardono,Nunung,Yasadipura I, dan Yasadipura II. Dari bidang olahraga terdapat petenis Wynne Prakusya, pelari tercepat di Asia Tenggara Suryo Agung, pembalap Rio Haryanto, grandmaster Edhi Handoko, serta pebulutangkis Icuk Sugiarto, Rudy Gunawan, dan Bambang Suprianto.
Daftar pustaka
- Miksic, John (general ed.), et al. (2006) Karaton Surakarta. A look into the court of Surakarta Hadiningrat, central Java (First published: 'By the will of His Serene Highness Paku Buwono XII'. Surakarta: Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004) Marshall Cavendish Editions Singapore ISBN 981-261-226-2
- Soeharto, G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. "Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya". 1988. PT Citra Lamtoro Gung.
- Paku Buwono XII (Sunan of Surakarta), A. Mutholi'in, "Kraton Surakarta", Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004
- Nancy K. Florida, Javanese literature in Surakarta manuscripts / Vol. 1 Introduction and manuscripts of the Karaton Surakarta, Cornell University, Ithaca, N.Y. Southeast Asia Program (SEAP), 1993.
- Nancy K. Florida, Javanese literature in Surakarta manuscripts / Vol. 2 Manuscripts of the Mangkunagaran Palace, Cornell University Ithaca, NY : Southeast Asia Program (SEAP), 2000.
- Nancy K. Florida, "Writing the past, inscribing the future: history as prophesy in colonial Java", Duke University Press, 1995
- Richard Anderson Sutton, "Traditions of gamelan music in Java: musical pluralism and regional identity", CUP Archive, 1991
- Clara Brakel-Papenhuijzen, "Classical Javanese dance: the Surakarta tradition and its terminology", KITLV Press, 1995
- The domestication of desire: Women, wealth, and modernity in Java (1998) Brenner, Suzanne April. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
- Kraton and Kumpeni: Surakarta and Yogyakarta, 1830-1870 (1994) Houben, V. J. H.. Leiden: KITLV Press.
- Prelude to revolution: Palaces and politics in Surakarta, 1912-1942 (1987) Larson, George D.. Dordrecht, Holland and Providence, R.I., U.S.A.: Foris Publications.
- Solo in the new order: Language and hierarchy in an Indonesian city (1986) Siegel, James T.. Princeton, N.J.: Princeton University Press.
- Pakubuwono's kraton of Surakarta: Short guide to Surakarta's grandeur : the palace of the Susuhunans Pakubuwono (1980) No contributors listed. Jakarta: Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Jakarta.
- Miftah Sanaji, "Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Solo", Gramedia 2009, ISBN 978-979-22-5209-5
- "Ekspedisi Bengawan Solo", Laporan Jurnalistik Kompas, Kompas 2009, ISBN 978-979-709-390-7
- Linda Carolina Brotodjojo, "Jajanan Kaki Lima Khas Solo", Gramedia 2008, ISBN 978-979-22-4143-3
- Izharry Agusjaya Moenzir, "Gesang", Gramedia 2010, ISBN 978-979-22-5911-7
- http://id.wikipedia.or/wiki/Kota_Surakarta
0 comments:
Post a Comment