Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai salah satu dari 5
taman nasional pertama di Indonesia oleh pemerintah Indonesia melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980.
Sejarah
awal konservasi di kawasan ini hanya sedikit diketahui, walaupun hutan
dan gunung merupakan bagian dari legenda-legenda di tanah Sunda.
Tampaknya ada jalur sejarah dari kota tua Cianjur sampai Bogor melalui
Cipanas. Bagian lereng pegunungan yang rendah, tidak rata dan
berteras-teras dulunya digunakan untuk pertanian dengan pergiliran
tanaman.
Dikenalkannya tanaman teh sebagai tanaman perkebunan memberikan
dampak nyata bagi kawasan ini. Teh varietas Jepang telah ditanam sejak
tahun 1728, dan perkebunan ini terbentang mulai dari Ciawi sampai Cikopo
di tahun 1835. Kemudian, tahun 1878, teh Assam diperkenalkan dan
tumbuh dengan sangat baik, menyebabkan ekonomi dan kondisi lingkungan di
kampung-kampung dilereng pegunungan berubah.
Sejarah panjang kegiatan konservasi dan penelitian dimulai sejak
tahun 1830 dengan terbentuknya kebun raya kecil di dekat Istana Gubernur
Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas, dan kemudian kebun raya kecil ini
diperluas sehingga menjadi Kebun Raya Cibodas sekarang ini.
Pemerintahan Kolonial Belanda sangat antusias untuk meningkatkan
tanaman-tanaman penting dan bernilai ekonomis serta perkebunan
komersial, sehingga dibanguna suatu stasiun penelitian dan percobaan
pertanian di dataran tinggi ini. Tidak lama setelah itu, botanis-botanis
lokal kemudian mulai tertarik untuk meneliti keanekaragaman tumbuhan
disekitar pegunungan ini. Abad 19 merupakan masa-masa terbesar dan
penting dalam sejarah koleksi tumbuhan , dan Cibodas menjadi salah satu
lokal koleksi tumbuhan saat itu.
Tahun 1889, areal hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas
ditetapkan sebagai Cagar Alam. Setelah tahun 1919, suatu kawasan cagar
alam ditetapkan. Komitmen utama dimulai tahun 1978, ketika kawasan
seluas 14,000 hektar, yang terdiri dari 2 puncak utama dan lerengnya
yang luas, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Gunung Gede Pangrango.
Akhirnya, tahun 1980, seluruh kawasan terpisah-pisah ini digabung
menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Legenda dan Kepercayaan
Pencarian
sampai bagian dari kawasan Gunung Gede dan Pangrango yang terdalam,
anda tidak akan terkejut untuk menemukan bahwa kawasan ini kaya dengan
sejarah dan legenda. Cerita-cerita tersebut menjadi kunci kepada
kekaguman kita terhadap gunung ini.
Di Cibeureum, ada suatu batu besar di air terjun Cikundul. Menurut
legenda setempat, tempat formasi batu tersebut berada dahulu merupakan
tempat dimana seorang yang dipercayai sangat sakti sedang bersila dan
melakukan meditasi, saking lamanya bersila dan meditasi, akhirnya orang
sakti tersebut berubah menjadi batu. Pada hari kiamat, dipercayai bahwa
dia akan berubah wujud menjadi manusia kembali. Dalam cerita ini,
kejadian alam dan spritual tidak dapat dipisahkan.
REFRENSI :
http://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/sejarah-dan-legenda-tnggp/
0 comments:
Post a Comment