KEPEMIMPINAN
OLEH :SUSETYOKO AHMAD,S.Pd.MM.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari,masyarakat selalu membutuhkan adanya Pemimpin.
Sedangkan didalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau
Kepala Keluarga. Dan tentunya disebuah Negara ada Presidennya. Ini
semua menunjukkan betapa pentingnya kedudukan Pemimpin dalam suatu
masyarakat, baik dalam skala yang kecil maupun yang besar.
Dari
pengantar diatas terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan
terhadap “pemimpin” yang mempunyai kedudukan yang sangat penting,
karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai
menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar.
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk
berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan
sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena
itu, banyak study dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari
masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori
tentang kepemimpinan.
Belakangan
ini, agar bisa berorientasi pada pelanggan, organisasi membutuhkan
pemimpin yang bersedia melayani. Para pemimpin harus memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan internal (para karyawan)
sehingga akan berdampak kepada pelayanan prima yang didemonstrasikan
oleh para pelanggan internal kepada para pelanggan eksternal. Sayangnya
gaya kepemimpinan yang melayani kurang diminati oleh kebanyakan praktisi
bisnis. Gaya kepemimpinan yang melayani lebih banyak digunakan di
organisasi sector public dan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
2. Adakah teori-teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
3. Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
4. Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang sejati?
5. Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
C. Tujuan Penulisan
Penulis mempunyai beberapa tujuan dalam pembuatan dan penulisan makalah ini. Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran pemimpin.
2. Untuk mengetahui seberapa pengaruh kearifan lokal dg kepemimpinan
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang pemimpin yang melayani.
2. Untuk memberikan informasi tentang pemimpin yang sejati
BAB II
METODE PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan dan menyelesaikan makalah ini antara lain:
1. Metode Pustaka
Metode penulisan dengan cara membaca buku referensi di perpustakan kampus dan perpustakaan umum yang ada disekitar.
BAB III
PEMBAHASAN
Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1. Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya.
Bukan hanya dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena
itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu
keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa
menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.
2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi
Pemimpin atau Pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau
kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan,
tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi
ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat
sulit. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja
Negara atau Propinsi dan
tingkatan yang dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan
ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah
mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya
sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.
3. Kerja Keras, bukan Santai
Para
pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya
untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani
kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan
kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan
penuh kesungguhan dan optimis
.
4. Melayani, bukan Sewenang-wenang
Pemimpin
adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin
atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa
melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin
sebelumnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mempunyai visi-misi
pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan
kesejahteraan hidup, ini berarti tiidak ada keinginan sedikitpun untuk
membohongi rakyatnya, apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama
rakyat, atau kepenntingan rakyat, padahal sebenarnya untuk kepentingan
diri, keluarga, atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat
dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat yang paling besar.
5. Keteladanan dan Kepeloporan, bukan Pengekor
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang
pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia
telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana
dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan, bukanlah kemewahan.
Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan
teladan dalam kebaikan dan kebenaran.
Teori
kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang
historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin,
sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi
kepemimpinan.
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan
interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan
beberapa segi antara lain:
Ø Latar belakang sejarah Pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
Ø Sebab-sebab munculnya pemimpin
Ada beberapa sebab seorang menjadi pemimpin, antara lain
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi seorang pemimpin
Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang
menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan,
kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai
dengan tuntutan lingkungan.
Teori-teori dalam kepemimpinan pada umumnya menunjukkan perbedaan karena setiap teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri yang dipandang dari aspek tertentu.
Berikut dibawah ini merupakan Teori-Teori dalam Kepemimpinan:
1. Teori Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut, timbul anggapab bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat diitentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseoranga dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri
didalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang
P Siagian (1994:75-76) adalah:
Ø Pengetahuan
umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatism, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
Ø Sifat
Inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi,naluri lerevensi,
keteladanan,ketegasan,keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan
menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative;
Ø Kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, ketrampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
Teori Sifat memiliki barbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang
sudah uno,, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak
yang terkandung di dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, cirri atau
perangai pemimpin justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kea rah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku
seorang pemimpin yang cenderunbg mementingkan bawahan memiliki cirri
ramah-tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkkan,
menerima usul, dan memikirkan kesejahteraan bawahan, serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pela
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
b. Berorientasi keppada bawahan dan produksi
Perilaku
pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan
kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership
continuum pada dasarnya ada dua, yaitu berorientasi kepada pemimpin dan
bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku
setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi, yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan.
3. Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh cirri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan factor waktu dan ruang. Factor situasional yang
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
ü Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
ü Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
ü Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
ü Norma yang dianut kelompok;
ü Rentang kendali;
ü Ancaman dari luar organisasi;
ü Tingkat stress;
ü Iklim yang terdapat pada organisasi
Efektifitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan
dimaksud adalah kemampuan menentukan siri kepemimpinan dan perilaku
tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model Continuum Otokratik-Demokratik
Gaya
dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi
dan kondisi yang dihaddapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan
tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri,
cirri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang
berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya
demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Cirri
kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik
disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan
bawahan.
b. Model “Interaksi Atasan-Bawahan” .
Menurut model ini, efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interakksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seseorang akan menjadi Pemimpin yang efektif apabila:
o Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik.
o Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.
o Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model
ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi
tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang
digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan
tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi
tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:
[ Memberitahukan
[ Menjual
[ Mengajak bawahan berperan serta
[ Melakukan pendelegasian
d. Model “Jalan-Tujuan”
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu
mneunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme
untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan
bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus
merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pemimpin-Peran sera Bawahan”
Perhatian
utama model ini adalah prilaku pemimpin dikaitkan dengan proses
pengambilan keputuusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan
struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah
satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian
ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukkan bentuk dan
tingkat pperan serta bawahan dalam mengambil keputusan. Bentuk dan
tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang
dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
Pemimpin yang Melayani
Menurut
teori tentang memimpin yang melayani dimulai sejak tahun 1970, ketika
R.K.Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The
Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi
sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A
Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai
pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika
membaca novel karya Herman Hessee,”Journey to the East”.
Greenleaf
(2000) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan
alami untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran
seseorang ingin memimpin. Greenleaf (2002) mendifinisikan pemimpin yangn melayani adalah seorang
pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan
pengikut, dirinya dann komunitasnya dan karenanya ia mensahulukan
hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola
dan kesukaannya saja.
Impiannya
ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani
juga. Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi
pemimpin yang efeketif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki
motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Dalam hal ini, pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya untuk mnecapai
potensi optimalnya.
Menurut
Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat
karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan
dari sikap dan perilaku pemimpin tersebut, yang dipaparkkan pada list
berikut :
1. Kesediaan untuk menyimak ( Listening)
Biasanya
seorang pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam berkomunikasi
dan mengambil keputusan. Kemampuan ini juga penting bagi pemimpin yang
melayani, pemimpin ini perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk
mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani
mencoba untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah kelompok dan
membantu mengklasifikasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak.
2. Kuat dalam Empati (Empathy)
Pemimpin
yang melayani berusaha untuk mengerti dan berempati dengan oranglain.
Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang
khusus dan unik.
3. Melakukan pemulihan-pemulihan (Healing)
Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirnya sendiri maupun orang lain.
4. Penyadaran/peningkatan kesadaran (awareness)
Kesadarran
umum, dan terrutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani.
Kesadaran juga membangtu seseorang dalam memahami persoalan yang
berhubungan dengan etika dan nilai.
5. Memiliki sifat persuasive (Persuation)
Karakteristik
lain dari pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi dalam
pengambilan keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin ynag
melayani mencoba untuk meyakinkan oranng lain, bukan memaksa oranglain untukk patuh.
6. Mampu membuat konsep (conceptualization)
Pemimpin
yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal
besar”. Kemampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi)
dari perspektif konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berfikir
melebihi realitas sehari-hari. Pemimpin yang melayani menyeimbangkan
antara pemikiran konseptual dengan pendekatan dengan focus harian.
7. Mampu membuat perkiraan yang tepat (Foresight)
Foresight
adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani
untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan
kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini
juga berakar di dalam pikiran intuitif.
8. Penata layanannya baik (stewardship)
PeterBlock (dalam
Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai “memegang sesuatu
yang dipercayakan kepadanya oleh oranglain”. Pemimpin yang melayani,
seperti stewardship, mengasumsikan komitmen utama untuk melayani
kebutuhan orang lain. Hal ini juga menekankan pada pengguna keterbukaan
dan persuasi dibandingkan dengan pengadilan.
9. Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth of people)
Pemimpin
yang melayani percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsic
melebihi konstribusi nyata mereka sebagai karyawan atau pekerja. Sebagai
hasilnya, pemimpin yang melayani berkomitmen secara mendalam pada
pengembangan dari masing-masing dan setiap individu dalam institusi.
Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk
melakukan semua hal yamg memungkinkan untuk membantu pembelajaran
sumberdaya manusia.
10. Serius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)
Pemimpin
yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam
sejarah manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari
komunitas local menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam
hidup manusia. Hal ini menyebabkan pemimpin yang melayani uuntuk mencoba
mmengidentifikasikan beberapa sarana untuk membangun kamunitas di
antara mereka yang bekerja di institusi tersebut.
Selain itu
Spears juga mengungkapkan indicator tentang pemimpin yang melayani.
Indicator ini juga merupakan penambahan dari hasil studi pasca Spears.
Indicator tersebut antara lain:
1. Pemimpin yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau organisasinyya.
2. Pemimpin
yang melayani memberikan teladan untuk prilaku dan sikap yang ia ingin
hadir dan menjadi bagian utama dari hidup pengikutnya. Jadi ia tidak
memaksakan orang untuk mengambil alih suatu perilaku atau memaksa dengan berbagai hal-hal yang ia inginkan.
3. Pemimpin
yang melayani memiliki pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati,
dapat diminta pertanggungjawaban, intregitas antara nilai, gambar diri
dan ambisinya, serta ia tampil sebagai manusia biasa denggan
kelemahannya
4. Pemimpin yang melayani juga mempersoalkan masalah moral dan berani mengambil resiko dalam menegakkan prinsip etika tertentu.
5. Pemimpin yang melayani memiliki visi dan mampu memberdayakan orang.
6. Pemimpin yang melayani mampu memberikan kepercayaan dan pemahaman atas keadaan pengikutnya.
7. Pemimpin
yang melayani sering bekerja dalam kerangka pikir waktu yang panjang.
Ia tidak mengharapkan hasil sppektakuler terlalu cepat karena ia
menyadari bahwa untuk menggerakkan dan mentransformasi orang diperlukan
waktu yang panjang dan proses yang berkesinambungan.
8. Pemimpin yang malayani melakukan komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah.
9. Pemimpin yang melayani juga dapat hidup di tengah perbedaan pendapat, bahkan ia merasa tidak nyaman bila pendapat, paradigma dan gaya kerja sejenis.
10. Pemimpin
yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang kepada pengikutnya.
Ia memiliki gambaran positif, optimis tentang mereka. Ia memberdayakan
mereka melalui sharing pengetahuan,skill, dan perspektif.
11. Pemimpin yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi orang, selain dengan peneladanan.
12. Pemimpin yang melayani tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan dan melahirkan pahlawan-pahlawan.bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik.
13. Pemimpin
yang melayani mengerjakan banyak hal dan menghindar dari berbagai hal
yang lain dapat lakukan. Hal yang terpenting bahwa pemimpin yang
melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia
juga menjadi sosok yang tidak dikendalikan oleh berbagai kelompok yang
kuat. Dalam pekerjaan sehari-hari seorang pemimpin yang melayani
mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang jadi terinspirasi,
terdorong, belajar dan mengabil alih keteladanannya.
Pendekatannyabukanlah dengan kekuasaan melainkan pendekatan hubungan atau relaisional.
Pemimpin Sejati
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari prooses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang
menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap
ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada
saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar,
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam siri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah
dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya
sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan social dan bukan bagi negerinya. “I don’t think you have to
be waering stars on your shoulders or a title to be leader. Anybody who
want to raise his hand can be a leader any time”, dikatakan lugas oleh
General Ronal Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang
artinya “saya tidak berfikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau
sebuah gelar pemimpin. Orang lain yang ingin mengangkat tangan dapat
menjadi pemimpin di lain waktu”.
Sring
sekali seorang epmimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh
mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan,
maka seluruh anggota tim akan mengatakaan bahwa merekalah yang melakukan
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dan maximize.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa
diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujan (honor & praise) dari mereka yang
dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan
lupa dirilah seorang peimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh
dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan,
yang membawa bangsanya dari Negara yang rasialis menjadi Negara yang
demokratis dan merdeka. Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah
apharteid, justru melahirkan perubahan pada diri beliau. Sehingga beliau
menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas,
seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner,
yaitu punya tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para
pengikutnya. Tujuan hidup Anda adalah poros hidup Anda, Andy Stanley
dalam bukunya visioneering, mmelihat pemimpin yang punya visi dan arah
yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang
hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses
bersama, yaitu membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses
bersamanya, pemimpin sejati bekanlah mencari keuntungan atau sukses
hanya bagi dirinya sendiri, namun ia tidak kuatir dan takut serta malah
terbuka untuk mendorong orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya
meraih kesuksesan bersama.
3. Mau
Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continous), yaitu
banyak hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin jika ia ma
uterus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya.
Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan
belajar dari pengalaman diri dan orang-orang lain adalah penting bagi
seorang pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan
bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para pemimpin akan
mendorong skill kepemimpinan akan mengingat.
4. Mempersiapkan
calon-calon pemimpin masa depan, yaitu pemimpin sejati bukanlah orang
yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi
generasi atau saat dia memimpin saja, namun lebih dari itu, dia adalah
seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin baerikutnya barulah
dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai
aspek kkehidupan ini, seorang pemimpin Sejati pasti dikatakan sukses
jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
Ciri Pemimpin Sejati:
1. Integritas
Melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang anda katakana akan anda lakukan.
Integritas membuat anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain
mengandalkan anda. Intregitas adalah penepatan janji-janji anda. Satu
hal yang membuat sebagian besar orang enggan menggikuti anda adalah bila
mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka
kepada tujuan yang anda janjikan.
2. Optimisme
Tak ada orng yang mau menjadi pengikut anda bila anda memandang suram masa depan. Mereka
hanya mau mengikuti seseorang yang bisa mmelihat masa depan dan
memberitahukan pada mereka bahwa didepan sana terbentang tempat yang
lebih baik dan mereka dapat mencapai tempat itu.
3. Menyukai Perubahan
Pemimpin
adalah mreka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mreka
bersedia untuk memicu adanya perubahan itu. Sedangkat pengikut lebih
suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya
kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasinya dengan para pengikut
mereka. Jika anda tidak berubah, anda takkan berkembang.
4. Berani Menghadapi Resiko
Kebanyakan
orang menghindari resiko. Padahal, kapanpun kita mencoba sesuatu yang
baru, kita harus siap menghadapi rediko. Keberanian untuk mengambil
resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para
pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko.
Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari
esok yang lebih baik.
Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal
Kearifan lokal yaitu spirit lokal
genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik
dan rumit,
Dalam
suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang
selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian
dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati
bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh
pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan
memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap
masalah yang muncul.
Manusia
di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah
yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat
setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di
berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah
Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah
ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan
infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan
yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang
cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang
meluber ke jalan.
Sebagai
pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah
melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta
secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada
pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 ,
tertanggal 27 desember 2007
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan
pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah
memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala
Rumah Tangga, Ketua RT, Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai
tingkat tinggi seperti anggota Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur,
Menteri, dan Presiden. Karena
itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin,
menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan
orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah
kebaikan, tidak layak kita percayakan untuk menjadi pemimpin.
Dari
penjelasan diatas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan
pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah
memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti Kepala
Rumah Tangga, Ketua RT, Pengurus Masjid, Lurah, Camat, apalagi sampai
tingkat tinggi seperti anggota Parlemen, Bupati atau Walikota, Gubernur,
Menteri, dan Presiden. Karena
itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin,
menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar, dan
orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah
kebaikan, tidak layak kita percayakan untuk menjadi pemimpin.
Dari
pembahasan diatas dapat kita ambil kkesimpulan bahwa seorang pemimpin
tidak seharusnya termanjakan untuk pelayanan dari bawahan maupun
instansinya.melainkan seorang pemimpin harus melayani bawahannya maupun
rakyatnya. Tentunya pimpinan merupakan amanah yang diberikan untuk
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas,
seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
B. Saran
Sebagai
pemimpin hendaknya bisa menjadi panutan bawahannya, bisa mengayomi anak
buahnya, dan tegas dalam menambil keputusan. Jadi pemimpin harus bisa
membuat kedepan jauh lebih baik…
BAB V
REFERENSI
R. Soewardi Projosapoetro, Komuika si Kepemimpinan, yogyakarta, Nur Cahaya, 1986
R Waye Pace dan Don F. Faules. Komunikasi organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Penerj. Dan Ed. Deddy Mulyana. Bandug : Rosda, 1998.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta , CV. Rajawali, 1986
S. Pauji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, Bina Aksara. 1986
M.T.Myers, dan G.E. Meyrs Teori-teori Manajenen Komukasi. Bahana Aksa, 1987
0 comments:
Post a Comment